Jumat, 08 Mei 2020

Toilet Tranning Bagi Tuna Netra

TUTORIAL TOILET TRAINING
BAGI ANAK TUNANETRA BAGI USIA 7 – 8 TAHUN
Buang air kecil /besar pada anak tunanetra merupakan suatu hal yang harus di ajarkan sedini mungkin, diharapkan anak tunanetra mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air kecil/ besar sendiri.  Sehingga dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap orang lain.Toilet tranning pada anak normal dapat berlangsung pada fase anak  diumur 18 bulan - 3 tahun. karena dalam  melakukan latihan buang air kecil/besar membutuhkan adanya persiapan baik secara fisik, psikologis, maupun secara intelektual melalui persiapan tersebut diharapan anak mampu mengontrol buang air kecil/besar secara mandiri (Hidayat, 2005).
Adapun tahap perkembangan intelektual menurut piaget sebagai berikut:
1. sensoris motorik (0-2 tahun), anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, dan pendengaran.
2. Pra operasional (2-7 tahun), anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas, mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana,dan menggolongkan.
3. Operasi kongkrit (7-11 tahun) , dapat mengembangkan pikiran logis, mengikuti penalaran logis, kadang-kadang memecahkan masalah dengan trial and error.
4. Operasi formal (11 tahun keatas), dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.
Dengan keterbatasan penglihatan tahapan perkembangan intelektual di atas tidak  berlaku untuk anak tunanetra, karena fakta dilapangan membuktikan anak tunanetra di usia (7-11 tahun) setara pada usia (0-2 tahun ) dalam perkembangan intelektualnya. Pada saat ini anak tunanetra mulai memasuki pase baru, pase dimana mereka mulai masuk dunia baru yaitu, dunia sekolah dimana dia akan bertemu dengan lingkungan baru.
Keterkaitan dengan pembelajaran bagi anak tunanetra mengenal lingkungan, dengan perabaan, penciuman, dan pendengaran.ini memerlukan waktu dalam penyesuaian,karena dimasa transisi pola asuh ibu kepola asuh guru di sekolah, membangun kemandirian belajar serta sosialisasi dengan lingkungan  merupakan hal yang terpenting bagi anak tunanetra yang baru masuk sekolah.banyak hal yang harus dipelajari bagi guru atau orang tua dalam mengajarkan anak tunanetra untuk materi  toilet trannimg, Van Patren (dalam Riyanto.2009) menyatakan bahwa  melalui bentuk belajar seseorang dapat mengetahui berbagai macam data dan kejadian, keadaan, benda-benda dan orang.
Ciri khas hasil belajar yang diperoleh ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan yang dimiliki dengan kata-kata sendiri. Pengetahuan dapat dibedakan pengetahuan yang fungsional dengan pengetahuan yang tersedia. sehingga disarankan dalam proses belajar  pengetahuan. Senada dengan pendapat  Wayan Sereged (dalam Riyanto, 2009) dalam pembelajaran diperlukan mengkonseptualisasikan informasi yang baru dengan konsep yang telah dimiliki, agar belajar anak menjadi penuh kebermaknaan (meaning verbal learning). Keterkaitan pendapat di atas dapat dimaknai bahwa proses belajar memerlukan adanya keterkaitan dari pembelajaran yang baru dengan kosep yang telah dimiliki, sehingga pembelajaran itu bisa bermakna.
Anak tunanetra terlahir dalam proteksi yang berlebihan dari lingkungan sekitarnya, dikarenakan kondisinya itu, dia mendapatkan perlakuan yang  membuatnya tidak tahu apa yang harus dia kerjakan.misal, minum , makan, berpakain semua dibantu orang tua.  Kebutuhan pribadi , mandi ke toilet hal inipun dibantu sepenuhnya, sehingga menumbuhkan rasa ketergantungan terhadap orang ua semakin tinggi. Kebutuhan primer di atas merupakan suatu kebutuhan yang harus dimiliki anak tunanetra sedini mungkin, agar mereka dapat berkembang seperti anak normal pada umumnya.
Dalam belajar pengetahuan perlu juga diperhatikan perkembangan intelektual anak sebab pengetahuan dibentuk oleh individu karena individu berinteraksi terus menerus dengan lingkungan, maka pembelajaran yang tepat bagi  anak tunanetra memelukan pembelajaran yang fungsional agar bermanfaat bagi dirinya di rrumah, di sekolah dan di masyarakat sehingga keberadannya tidak menjadi beban bagi lingkungannya.

Kapan Anak Tunanetra Diajarkan Toilet Training

Buang air besar/buang air kecil pada anak tunanetra atau dikenal dengan nama toilet training merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada anak tunanetra mengingat dengan latihan itu diharapkan anak mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar tanpa merasakan ketakutan atau kecemasan sehingga anak tunanetra akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak pada umumnya.
Toilet training ini pada anak normal dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan – 3 tahun. Dalam melakukan latihan buang air kecil/buang air besar membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis, maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air kecil/buang air besar secara mandiri (Hidayat, 2005: 62). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran toilet training akan lebih baik dilakukan sedini mungkin untuk anak tunanetra agar mereka dapat berkembang seperti anak pada umumnya.



HAL-HAL YANG HARUS DI AJARKAN MENUJU TEMPAT TOILET
UNTUK ANAK TUANANETRA USIA 7-8 TAHUN
Untuk mengetahui dimana posisi toilet maka anak tunanetra harus dilatih berjalan ke toilet dengan menggunankan teknik berjalan mandiri serta land mark yang menunjukan posisi toilet berada, sehingga anak tunanetra dapat dengan mudah menemukan posisi toilet.

INDIKATOR
     
SUB INDIKATOR
                 KETERANGAN
1.    Latihan membuka/menutup pintu kelas.








2.    Latihan berjalan mandiri menuju toilet









3.    Latihan menemukan land mark yang ada disekitar lokasi toilet






4.    Mengenalkan toilet dan posisi benda yang ada di dalam toilet
1.    Memegang handle pintu untuk membuka /menutup pintu(menggunankan tenik membuka dan menutup pintu.





1.    Berjalan mandiri    menuju toilet dengan      menggunankan teknik trailing







1.    Menemukan land mark dengan meraba benda yang menjadi clu dengan menggunakan teknik uper hand dan lower hand.



1.    Menemukan pintu toilet memahami arah buka dan tutup pintu
2.    Membuka dan menutup pintu toilet
3.    Menditeksi lokasi toilet dengan cara memutar dimulai dari arah kanan
4.    Meraba benda yang ada di toilet untuk memahami posisi benda-benda yang ada di toilet
























DAFTAR PUSTAKA
Davina Richardhson. 2015. Toilet Training For Childern With Autism. Article (diakses 26 Agustus 2018)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Program Pengembangan Kekhususan Pedoman Pengembangan OMSK Untuk Peserta Didik Tunanetra. Jakarta.
Kroger. K & R. Sorensen. 2010. A Parent Training Model of Toilet Training Childern With Autism. Journal of Intelectual Disability Research (diakses tanggal 26 Agustus 2018).
Hands-out Workshop on Autism August. 2013. Autism Association of Western Australia.
Subagyo, dkk. 2010. Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Pelaksanaan Toilet Training. Jakarta. Salemba Medika.
PPPPTK TK dan PLB Bandung. 2016. Modul Guru Pembelajar SLB Tunanetra. Bandung.
Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran sebagai referensi bagi pendidik dalam implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta.
Idawati. 2019. Tutorial Toilet Training Bagi anak Tunanetra Usia 7-8 Tahun. Surabaya.


      


































Minggu, 03 Mei 2020

BELAJAR DARI COVID 19


Ramadhan kali ini sangat jauh berbeda dari ramadhan- ramadhan yang lalu, banyak yang berubah dan mampu mengubah konsep hidup dan kehidupan.
Covid 19 mengajari untuk bersabar dan bekerjasam dengan situasi dan kondisi yang tidak diharapkan. Bagaikan ujian terbuka, diuji dengan kemarahan orang tua yang semakin jenuh karena harus belajar dirumah, mereka tidak siap meggantikan posisi guru sebagai pendamping anaknya disaat belajar, ditambah tugas yang diberikan harus menngunakan media sosial semakin runyam respon orang tua pada sekolah.
orang tua berpiir guru sedang dienakan oleh covid 19, tidak mengajar enak- enakan di rumah dan dapat bayaran, sementara orang tua harus bayar spp harus mengajar juga dirumah, hal ini menjadi suatu PR yang sangat besar, ketika pengumunan demi pengumuma hadir di grup komite, yang mengumumkan belajar dirumah diperpanjang, muncul berbagai tanggapan dari orang tua, mulai anaknya kangen sekolah, takut lupa pintu sekolah, dan tidak sedikit ada orang tua yang belajar dari covid 19, mereka menyadari betapa memerlukan suatu kesabaran jika mendampingi  anak-anak berkebutuhan khusus belajar. mereka sangat menyesal selama ini menganggap guru di sekolah luar biasa tidak bisa mengajar anaknya,
Namun disisi yang lain guru dituntut semakin kreatif agar bisa bekerjasama dengan orang tua dirumah, hal ini mampu menumbuhkan kreatifitas guru-guru SLB AB kemala Bhayangkari dalam memberikan yang terbaik untuk peserta didik berkebutuhan khusus di rumah, kesempatan yang baik untuk mengikuti seminar , workshop jarak jauh tidak disia-siakan walau dengan tergopoh -gopoh  karena belum melek ICT.

 

Kegiatan pembelajaran keterampilan menjahit
 di SLB AB kemala Bhayangkari 2 gresik


 Melatih mengembangkan kewirausahaan dengan ikut serta pameran d mall

Mereka sekarang harus belajar di rumah,  kreatifitas guru mulai diuji agar mampu memberikan pembelajaran yang menyenangkan, karena belajar dengan anak berkebutuhan khusus bukanlah teori yang dibutuhkan tetapi pelajaran langsung lebih bisa mereka terima.
Covid 19 menyadarkan guru-guru bahwa belajar tidak boleh berhenti karena ilmu bagaikan air lautan yang tak habis dimakan waktu.


Toilet Tranning Bagi Tuna Netra

TUTORIAL TOILET TRAINING BAGI ANAK TUNANETRA BAGI USIA 7 – 8 TAHUN Buang air kecil /besar pada anak tunanetra merupakan suatu hal yang ...